Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

YANG MULIA, YANG MULAI

Gambar
mulia mulai mulia apa? mulai apa? supaya apa? Saya agak heran-bila menonton televisi-saya sampai memukul jidat berkali-kali. Ada-ada saja tingkah para petinggi, tuan 'yang seharusnya ditiru' di negeri yang raya ini. Bahkan hampir setiap bulan, KPK selalu berhasil 'menjereat' tuan-tuan besar ini. Ya, tentunya bukan jerat milik KPK yang salah, tetapi karena jalan tuan-tuan itu yang 'sengaja' ingin mencari dan masuk ke jerat KPK yang telah lama menanti kedatangan mereka. Tentang jerat-kalau dihubungkan dengan hama perusak tanaman-memang sengaja dipasang untuk menunggu bahkan sampai mematikan hama itu. Seingat saya, di kampung halaman (belasan tahun lalu) kala musim panen tiba, kami selalu turun ke sawah untuk memasang jerat. Biasanya mencari jalan  lebuk*  (model jalan kecil bekas hama melintas), dan memasang jerat disana. Karena sudah keasyikan 'mencuri', otomatis setiap hari hama itu melintasi jalur itu. Tanpa beban. Mungkin merek

PADUAN SUARA, PA(n)DUAN HIDUP (1)

Gambar
''...mungkin mereka hanya fokus bernyanyi. Mungkin juga hanya untuk sensasi. Ada yang ikut ramai, supaya dibilang punya naluri? berjiwa seni? ah... entahlah" Kemarin, 27 Agustus 2018, Paduan Suara (PS) Green voice SMA N 4 Kupang kembali berlatih. 'Untuk sementara', paduan suara ini menjadi urutan I, rangking perlombaan PS semester lalu, tingkat SMA se-Kota Kupang. Ekstrakurikuler ini mulai kami tekuni dengan baik sejak 5 tahun yang silam. Ya, waktu yang sangat panjang, (waktu berproses-menempah hingga juara) semenjak saya menginjakkan kaki, meneteskan keringat, dan 'melampaiskan emosi' di tempat itu. Saya memang sangat mencintai bidang ini. Musik, baik vokal maupun instrumental, sudah menjadi hobi yang mendarah-daging dalam keseharian saya. Selain senang berkespersi lewat media musik, akan ada 'bayaran' setimpal atas karya dan pengabdian kita. Seperti kata Pak Ridwan Kamil, ''...pekerjaan yang paling enak itu adalah hobi yang

PENJARA SADIS ITU BERNAMA 'Smartphone' (1)

Gambar
"Ayo, bangun. Alangkah indahnya bila kita doa pagi dan siapkan sarapan pagi bersama seisi rumah" "Tunggu sebentar, masih balas chatting -nya teman" (ternyata setengah jam) *** "Anak-anak, hari ini kita ulangan materi yang kemarin. Ibu ninggalin kalian 30 menit ya. Ibu ada urusan penting di ruang kurikulum. Kerja jujur dan jangan nyontek" "Baik bu... Siap!!!" (ternyata jari jemari sibuk kutak-katik mencari materi di opa google. Ia tidak belajar. Tiap hari modal nyontek di hp) *** "Nona, sebentar sore sepulang sekolah bantu mama cuci piring dan sapu halaman ya...Mama lagi kurang enak badan" "Siap ma. Tenang sa. Pasti dikerjakan" (ternyata sepulang sekolah masih singgah di kantin samping sekolah, hanya untuk 'menumpang wi-fi' guna bermain game online) *** "Teman-teman, kita diminta untuk berdonasi bagi korban bencana Alam di Lombok. Harap partisipasi teman-teman" "Gampang tuh

NIKMAT SENI JADI GURU (1)

Gambar
Persoalan tentang dan menjadi guru serasa sudah menjadi hal yang urgen untuk diperbincangkan. Ada yang 'mengklaim' bahwa guru itu pahlawan, guru itu pejuang, guru itu 'pemberi hidup' bagi kebanyakan orang (profesi). Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa guru itu menjadi 'kekuatan super' dan 'roh' penggerak proses pendidikan di Indonesia (ataupun dunia). Ia membuka jalan, ia memberikan petunjuk, menuntun, membimbing, serta 'menjebak' kebanyakan orang ke jalan yang benar. Jalan yang semua orang juga dambakan, yakni kesuksesan. Guru milenial SMA N 4; Ibu Rany, Ibu Melan, Ibu Novi, Ibu Waty, Ibu Reny, Ibu Marta, dan beta..  Kupang-NTT Lalu muncul berbagai 'tantangan hidup' yang dialami guru. Mengenai gaji, tunjangan, perlindungan hukum, dan lain-lain. Ada kesenjangan antara honorer dan guru PNS. Ada kesenjangan antara guru dan orang tua. Uh... pokoknya 'asyik' untuk dijadikan beban hidup. Kebanyakan orang berpik

JONI, BOCAH PENAKLUK 'TIANG KEBODOHAN' NTT

Gambar
''... sa sakit perut. Saya lari, lepas sepatu dan panjat langsung memang. Sa mau, bendera merah putih tetap berkibar''. Bocah kampung itu bernama lengkap Johanis Gama Marchal Lau. Ia biasa disapa Joni. Usianya baru 14 tahun. Masih sangat 'polos' dan belia. Ia anak bungsu dari kesembilan bersaudara. Orang tuanya adalah bekas pejuang integrasi Timor Timur yang 'memilih setia' menjadi warga negara, pemilik Merah dan Putih. Joni bersama kedua orang tuanya. "Pahlawan jaman now'' Cerita panjang-lebar bocah kampung ini sudah tersebar luas ke pelosok negeri ini. Ya, keberaniannya menaklukan rasa takut kebanyakan orang, menjadikan ia 'pahlawan' sehari. Penakluk tiang bendera puluhan meter di ujung Tenggara Indonesia. Tanpa takut, gentar, ataupun perasaan iba. "sa mau, bendera merah putih tetap berkibar". Kata-kata yang polos, keluar dari mulut 'pahlawan' cilik ini. Entah ia memikirkan apakah makna kalimat uini