MAMA MAMA BERBAJU BIRU||SEBUAH BALADA 60 TAHUN

 


Mama mama berbaju biru

Maju ke altar

Berlutut menyembah

Serahkan raga jiwa


Mama mama berbaju biru

Tunduk berdoa

Katupkan tangan 

Serah pada Maria 


Mama mama berbaju biru

Selimut kan asa

Untuk tekuni

Jalan Maria 


Mama mama berbaju biru

Baju Maria

Alas hati

Alas hari 


***


Kemarin gereja Katolik sejagat merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, sebuah perayaan akbar tentang makna keselamatan, tentang makna cahaya, dan tentang makna awal kehadiran Sang Ilahi. 


Di kampung sepi dan sunyi, mama mama berbaju biru juga merayakan hal yang sama, 60 tahun berkarya sebagai abdi abdi Bunda Maria, dalam wadah Konggergasi Santa Maria - Paroki Kabar Gembira Wae rana. 


Suatu usia yang tak muda lagi. Namun, semakin tua usianya (seturut umuran manusia) semakin kuat pula asa dan harap yang terus mereka titipkan pada kekuatan lutut untuk bersujud, pada kerelaan hati untuk berserah, pada kehangatan tangan untuk mengatup, sembari berharap pada cahaya lilin yang terus membakar 'dirinya', guna hembuskan doa doa ke awang, menembus cakrawala raya, pergi ke hadirat anak Maria, Putra Tunggal penebus dosa. 


Mama mama berbaju biru pantas dan layak berpesta untuk usia yang tak muda ini. Pesta pesta dalam wujud syukur haru, pesta pesta dalam rupa senyum ria, pesta pesta pada riuh gemuruh dalam sepi hati; sepi untuk kembali nyalakan api cinta, sepi untuk kembali rajut benang suka, sepi, menyepi, menepi, pada sepi ada pesta. 


Mama mama berbaju biru, saling mengunjungi sanak, keluarga, family. Mengunjungi raga dan jiwa. Saling berbisik pada Maria: kami siap berbakti. Nyalakan terus lilin, di depan Bunda Allah Tak Bercela.


Mama mama berbaju biru, ada yang sudah di surga. Sayang seribu sayang, mereka tak bisa rayakan 60 tahun perjalanan iman akan Maria. Rayakan sembari pesta pesta di desa. Pesta pesta mungkin ke kota. Pesta pesta dalam doa doa. Dan sesungguhnya, di surga juga mereka merayakannya, dekat dengan Maria, dekat dengan Anak-Nya; tinggal berbisik, "Maria, aku rindu anak anak, keluarga, family di dunia. Tolong sampaikan pada mereka bahwa di Surga juga ada 60 tahun, dan kami selalu memakai baju berwarna biru, seperti langit, sumber datang cahaya. Maria kami rindu... "


Jalan ke Maria sangat terbuka, apabila mama mama berbaju biru terus tekun berlutut, mengatup tangan, beri raga, beri jiwa, nyalakan api, jadi lilin, jadi Mazmur, jadi kecapi, jadi mezbah, jadi taman, jadi air, jadi rambu rambu, jadi pesona, jadi martir, jadi kudus, jadi hati, jadi nadi. 


Mama mama berbaju biru, teruslah memakai baju itu, di bumi atau di surga, di ada atau tak ada, di nyata atau di alam fana, di sini atau di sisi. 


Mama mama berbaju biru, teruslah memakai baju itu, hingga 60 tahun lagi, hingga 600 tahun lagi, hingga keabadian. 


Sesungguhnya, tidak ada yang memisahkan doa doa. Waktu pun tak mampu menghentikan atau menghitungnya. Waktu ikut sujud seakan berhenti pabila menghadap sang Pencipta. Waktu ikut membakar lilin. Waktu ikut berlutut. Waktu ikut mengatup. Waktu pada keabadiannya ikut ke harap dan asa; surga kelak. 


Mama mama berbaju biru, aku rindu doa doamu, nyanyian mu, berkatmu, nasehatmu, dan pengorbanan mu. 


Mama mama berbaju biru, sekali lagi, aku rindu! 


***


Tulisan ini sebagai balada ucapan Selamat Ulang Tahun ke 60 Konggergasi St. Maria - Paroki Wae rana - NTT, dan juga didedikasikan untuk almarhumah mama Marselina, yang pernah menjabat sebagai mantan Ketua beberapa periode.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERUMUNAN JOKOWI vs KERUMUNAN RIZIEQ vs COVID-19

TUHAN MERINDUKAN MANUSIA~RINDU YANG BERKECAMUK