PENJARA SADIS ITU BERNAMA 'Smartphone' (1)



"Ayo, bangun. Alangkah indahnya bila kita doa pagi dan siapkan sarapan pagi bersama seisi rumah"

"Tunggu sebentar, masih balas chatting-nya teman"

(ternyata setengah jam)

***

"Anak-anak, hari ini kita ulangan materi yang kemarin. Ibu ninggalin kalian 30 menit ya. Ibu ada urusan penting di ruang kurikulum. Kerja jujur dan jangan nyontek"

"Baik bu... Siap!!!"

(ternyata jari jemari sibuk kutak-katik mencari materi di opa google. Ia tidak belajar. Tiap hari modal nyontek di hp)


***

"Nona, sebentar sore sepulang sekolah bantu mama cuci piring dan sapu halaman ya...Mama lagi kurang enak badan"

"Siap ma. Tenang sa. Pasti dikerjakan"

(ternyata sepulang sekolah masih singgah di kantin samping sekolah, hanya untuk 'menumpang wi-fi' guna bermain game online)

***

"Teman-teman, kita diminta untuk berdonasi bagi korban bencana Alam di Lombok. Harap partisipasi teman-teman"

"Gampang tuh..mau berapa?"

(ternyata tidak berdonasi. Uang tabungannya lebih memilih untuk mengisi pulsa data untuk keperluan judi online)

***

"Hay, teman-teman. Sebentar sore kita  jogging bareng ya. Pkl. 15:00"

"Okay bro..."

(ternyata sibuk kutak-katik, 'bolak-balik' kunjung media sosial. Keasyikan 'bertuan' ke media sosial hingga tidak peduli waktu. Keesokan harinya ketika ditanya, alasannya ketiduran)


***

"Anak-anak, media sosial dapat kita manfaatkan untuk mengkampanyekan pola hidup sehat, hindari narkoba, jaga kebersihan, dan lain-lain. Maanfaatkan itu seefektif mungkin untuk kebaikan, ya"

"Ah...gampang. Ibu tak perlu jelaskan. Sering kami lakukan setiap hari,"

(ternyata tiap hari sibuk posting ujaran-ujaran kebencian, kata-kata kasar, sesuatu yang berbau pornografi, SARA, dan kebusukan lainnya)

***

"Hallo, teman-teman. Hari ini saya ulang tahun. Saya ajak kita ke cafe. Kita cerita dan ngakak bareng disana. Sekedar untuk refreshing. Daripada belajar melulu..."

"Hore.....yes. Siap.... Kita ramaikan!"

(ternyata sampai disana, basa-basi 5 menit, jepret sana jepret sini, dan serempak semuanya tunduk terdiam, masing-masing sibuk 'bertuan' pada smartphone)

***

"Nak, bantu ambilkan segelas air untuk ibu. Dada ibu sakit..."

"Iya, ma. Tunggu 5 menit ya, ma. Ini film sedang saya download. Sudah 80%. Saya tidak boleh beranjak dari posisi ini, karena jaringannya lagi bagus"

(ternyata lima menit sesudahnya, ia mendapatkan ibunya sudah jatuh tergeletak di lantai karena jantungan. Nasi sudah jadi bubur!)


***


lalu, adakah yang lebih kejam dari kejadian-kejadian diatas?
kepada siapakah kita bertuan?
kepada kemalasan?
kepada kebegoan?
kepada keangkuhan?
kepada kekotoran?

sehingga semuanya menjadi jelas. 
Tentang smartphone; HP-nya yang smart, tetapi penggunanya terpenjara 
oleh kesadaran yang menyesatkan
sadis
kejam
penjara
terpenjara
memenjarakan diri sendiri




(bersumbang-bersambung)


Komentar

  1. Ya ya ya betul sekali pak guru. Kita terpenjara atau lebih tepatnya memenjarakan diri sendiri dalam sel bernama smartphone :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, kak. Saya baru latih membalas koment. Heheheeh.......

      Hapus
  2. Yaah ..., semestinya kita tetap jadi pribadi yang fleksibel ya, tau menempatkan dirilah.
    Aku sendiri juga punya rasa kesal, kalo lagi ngumpul bareng dengan teman-teman di suatu acara yang bisa dibilang butuh kebersamaan malah pada sibuk utak-atik hapenya.
    Setelah acara selesai sih ngga apa-apa ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hormat kak. Butuh kesadaran panjang lebar dari semua umat pemegang smartphone. Heheeh

      Hapus
  3. Ulasan santai namun maknanya tidak santai, luar biasa, sangat sarat akan muatan refleksi, terutama di bagian ini pak Rian "....(ternyata sibuk kutak-katik, 'bolak-balik' kunjung media sosial. Keasyikan 'bertuan' ke media sosial hingga tidak peduli waktu. Keesokan harinya ketika ditanya, alasannya ketiduran)"

    Teguran buat saya pribadi heheheh, idealnya smartpohe menjadi smartpeople namun faktanya...?

    Ulasannya menarik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam Hormat, kak. Saya menulis juga terkadang ini beberapa pengalaman pribadi. Ternyata ada juga yang senasib. Hehehe

      Hapus
  4. Salam kenal pak Rian, saya sangat senang dengan ulasan ini. Reflektif sekali. Tak sabar menanti ulasan cerdas yang lainnya.

    Jika boleh memberi saran sedikit, sertakan sosmed, kontak, dan halaman "kontak" ya siapa tahu kita bisa bertukar tutur lebih lanjut. salam damai selalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERUMUNAN JOKOWI vs KERUMUNAN RIZIEQ vs COVID-19

TUHAN MERINDUKAN MANUSIA~RINDU YANG BERKECAMUK

MAMA MAMA BERBAJU BIRU||SEBUAH BALADA 60 TAHUN