SURAT TERBUKA UNTUK MENTERI NADIEM MAKARIM



GURU vs DOKTER vs MERDEKA BEKERJA

Kupang, 16 Desember 2019

Salam sejahtera, mas menteri. Pasti mas sedang mempersiapkan merayakan Natal juga di rumah mas. Kue apa yang dominan di atas meja tamu mu, mas? Saya pingin pergi salaman natal ke rumahmu.

Kali ini, di penghujung tahun, ijinkan saya menulis surat ini untuk anda. Karena kekaguman saya, makanya saya beranikan diri via media ini, dengan 100% harapan, surat terbuka ini sampai ke "tangan, mata, dan hati" anda. Oh ya, mas menteri, saya optimis Indonesia atau pendidikan Indonesia bakalan rapih di tangan mas.

Maksud tulisan saya ini, sesuai judulnya di atas, hanya mau sedikit membandingkan tentang dokter vs guru. Dua profesi yang gajinya bak bumi dan langit ke tujuh itu. Tapi saya tidak mengatakan bahwa dokter adalah pekerjaan paling santai dan gaji paling besar. Mungkin karena mereka berhubungan dengan nyawa manusia. Kalau guru? Yang berhubungan dengan jiwa manusia? Gajinya? Brrrrrrrrrrrrr...

Namun, kali ini bukan gaji sorotan saya. Tapi pekerjaan adminstratif yang selalu membelenggu guru selama ini dalam melakukan tugas mulia memanusiakan manusia.

Saya langsung ke tawaran solusi dari saya saja, mas.

Melihat dan mendengar banyak pakar, mungkin termasuk mas menteri juga yang mengatakan bahwa akan ada kebijakan untuk tidak boleh merekrut tenaga guru honorer di sekolah karena akan dilakukan perampingan jumlah guru se Indonesia.

Mas, menurut saya, masalahnya bukan disitu. Dan kebijakan itu tidak menyelesaikan masalah. Bahkan berpotensi memicu konflik baru yang lebih besar. Para perguruan tinggi yang mencetak calon guru akan tambah galau dengan kebijakan itu.

Lalu, bagaimana?

Saya punya satu pemikiran kecil dan sederhana. Tirulah gaya pelayanan di rumah sakit. Pekerjaan antara perawat yang mengurusi administrasi dan dokter yang tidak sibuk dengan administrasi dan fokus saja untuk mendiagnosis dan penanganan pasien. Urusan administrasi bukan menjadi tanggung jawab dokter lagi. Mereka bebas merdeka dalam bekerja.

Lah, guru bagaimana, mas? Seluruh administrasi dan urusan lain diurusi sendiri. Sesak rasanya di dada. Tapi, mau bagaimana lagi? Itu tuntutan profesionalisme. Ia, katanya profesionalisme, tapi membunuh kebebasan guru.

Tawaran saya mas, kalau memang kebijakan guru honorer dibatasi penerimaannya, jadikan mereka team sejawat dari guru-guru inti untuk fokus mengurusi administrasi di sekolah. Maksudnya mereka begitu terus? Otomatis tidak, karena tiap tahunnya juga ada sekitar puluhan ribu guru yang pensiun. Nah, merekalah yang otomatis akan menggantikannya nanti. Posisi mereka akan diganti dengan guru honorer baru.

Tinggal mas menteri siapkan satu aplikasi atau sistem untuk mengatur penyebaran ini. Saya yakin bisa. Dengan pengalaman mas menciptakan gojek yang mampu menyatukan segala kebutuhan se isi bangsa ini.

Merekalah yang mengurusi administrasi. Menyiapkan kelengkapan ajar dan juga administrasi nilai akhir untuk rekapan pembuatan raport. Biar guru merdeka. Walau gaji sangat kecil, tapi dengan merdeka dalam pekerjaan seperti itu, saya yakin para guru akan bahagia dalam profesinya.

Kalau mas menteri setuju, saya bersedia diundang ke Jakarta untuk menyampaikan niat sederhana ini. Terimakasih mas menteri. Salam damai Natal khusus untuk istri mas yang sedang dalam masa adven mempersiapkan kelahiran Kristus.

Maaf bila tulisan di media ini kurang sopan. Biarkan alam yang indah ini menilainya. Mudah mudahan mas menteri mengabulkan dan membalas surat ini di email riansengkang@gmail.com atau rianseong@gmail.com.

Terimakasih
 Salam hormat,

Marianus Seong Ndewi, S. PD., MM

(Guru seni budaya di salah satu sekolah negeri di kota Kupang)

***

#mendikbud #nadiemmakarim #menteripendidikan #indonesia #jokowi

Komentar

  1. Semoga mas menteri bisa terima e Nana guru..., terimakasih ite sudah meluangkan waktunya untuk tulis surat ini .Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudah mudahan kita semua bisa merdeka.... Hehehe

      Hapus
  2. Mantap pak Marianus. Semoga pikiran pak sudah dipikirkan juga oleh jajaran Kemdikbud. Karena sebagaimana niatan mas menteri "Sekolah harus Merdeka Belajar."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap. Dan saya optimis di tangan pak Nadiem Makarim, pendidikan Indonesia semakin merdeka jiwa dan raganya

      Hapus
  3. Balasan
    1. 🔆🔆🌿🌿🍂🍂🍂🇮🇩🇮🇩🇮🇩

      Hapus
  4. Semoga pak menteri mendengar dan menanggapi pak 😇

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERUMUNAN JOKOWI vs KERUMUNAN RIZIEQ vs COVID-19

LULUS YANG BAHAGIA WALAU HATI MENANGIS

MAMA MAMA BERBAJU BIRU||SEBUAH BALADA 60 TAHUN